SONET/SDH menggunakan teknologi transfer
data yang dinamakan Synchronous Transfer Mode (STM). Pada umumnya, SONET/SDH dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelas tergantung dari berapa jumlah
Synchronous Transport Signal (STS) yang dipasang, semakin banyak STS yang
dipasang maka semakin cepat data rate akan berjalan. Pada Jurnal ini akan
dibahas mengenai penjelasan mengenai SONET/SDHdiantaranya, sejarah,
cara kerja, frame yang dipakai oleh SONET/SDH, overhead
dan pengaman, topologi jaringan ring SONET, serta contoh pemakaian SONET/SDH di Indonesia.
dan pengaman, topologi jaringan ring SONET, serta contoh pemakaian SONET/SDH di Indonesia.
Dengan diperkenalkannya teknologi PCM sekitar tahun
1960, teknologi telekomunikasi mulai beralih ke digital. Untuk mencukupi
kebutuhan akan bandwidth yang semakin meningkat maka dikembangkan SONET sekitar
tahun 1980 yang mengatasi kelemahan-kelemahan dari DSn. Berikut
keuntungan-keuntungan dari SONET:
1. High transmission rates
Transmissin rate hingga 40 Gb/s dapat dicapai dengan
teknologi SONET modern.
2. Simplified add and drop function
Channel dengan bit rate yang rendah dapat diekstrak
lalu dimasukkan ke bit-streams yang bekecepatan tinggi di SONET tanpa perlu
tambahan multiplexer dan demultiplexer.
3. High availbility and capacity
matching
Dengan SONET network providers dapat dengan cepat
mengontrol network para customer sesuai dengan keinginan customer. Network
provider menggunakan network elements yang terstandardisasi.yang dapat
dikontrol dari sentral menggunakan Telecommunication Management Network (TMN)
system.
4. Relibility
Jaringan SONET modern dibuat dengan automatic back-up
circuit dan mekanisme perbaikan yang berguna untuk mengatasi kegagalan sistem
dan untuk memonitor sistem. Sehingga tidak ada kegagalan dari sebuah netrwork
element link yang mengakibatkan seluruh network gagal.
5. Future-proff platform for new
services
SONET dapat terhubung dengan berbagai platform dengan area yang luas seperti POTS, ISDN, mobile radio, dan data communications (LAN, WAN, dan lain-lainnya). SONET juga dapat mengatasi broadcasting video dan audio melalui ATM.
SONET dikembangkan di Amerika Serikat melalui komite
ANSI T1X1.5 pada tahun 1985. Amerika serikat menginginkan data rate mendekati
50 Mbps, sedangkan Eropa menginginkan data rate mendekati 150 Mbps. Hal ini
menghasilkan dua nama yang berbeda untuk nama yang sama yaitu SONET
(Synchronous Optical Network) dan SDH (Synchronous Digital Hierarchy).
SONET hanya digunakan di US, Canada, dan Jepang. Sedangkan SDH digunakan dinegara-negara sisanya. SDH dibuat beberapa tahun setelah SONET Perbedaan utama antara SONET/SDH adalah asynchronous bit rates yang harus dipetakan (mapped) menjadi SONET/SDH.
SONET hanya digunakan di US, Canada, dan Jepang. Sedangkan SDH digunakan dinegara-negara sisanya. SDH dibuat beberapa tahun setelah SONET Perbedaan utama antara SONET/SDH adalah asynchronous bit rates yang harus dipetakan (mapped) menjadi SONET/SDH.
JARINGAN SONET
Jaringan SONET merupakan jaringan yang linear. Node
dari SONET disebut Add Drop Multiplexers (ADM). Ada dua atau empat penghubung
antara ADM yang satu dengan yang lainnya., dengan sepasang penghubung sebagai
pelindung dan back-up, hal ini dapat dilihat di gambar 1.
Gambar 1.
Node SONET
ADM adalah
tempat di mana traffic dari data masuk dan keluar. Berikut tabel yang berisi
tingkatan kecepatan dari SONET[2]:
Signal
Designation Line Rate (Mbps)
SONET SDH Optical
STS-1 STM-0 OC-1 51.85
STS-3 STM-1 OC-3 155.52
STS-12 STM-4 OC-12 622.08
STS-48 STM-16 OC-18 2488.32
STS-192 STM-64 OC-192 9953.28
STS-1 STM-0 OC-1 51.85
STS-3 STM-1 OC-3 155.52
STS-12 STM-4 OC-12 622.08
STS-48 STM-16 OC-18 2488.32
STS-192 STM-64 OC-192 9953.28
Tabel 1.
Bandwidth SONET/SDH
SONET Frame Structure
Struktur
dasar frame dari SONET adalah seperti yang digambarkan pada gambar 2. SInyal
ini disebut juga dengan Synchronous Transport Signal (STS). Frame tersebut
terdiri dari 9 baris yang masing-masing barisnya dapat mentransmit 90 bytes.
Sehingga total dapat mentrnsmit sebesar 810 bytes. Proses mentransmit dilakukan
dari kir ke kanan, jadi dimulai dari byte pada baris kiri pojok atas kemudian
dilanjutkan baris disebelahnya pada baris yang sama, dan seterusnya sampai 90
bytes pada baris pertama tersebut terkirim semua. Setelah itu dilanjutkan
pengiriman pada baris kedua dengan cara yang sama dan seterusnya sampai baris
yang kesembilan dikirim.
Hal yang
perlu diperhatikan adalah bit yang ditransmit adalah MSB terlebih dahulu baru
kemudian LSB, seperti ilustrasi pada gambar 2
Gambar 2.
Frame STS-1
Bila kita
menggunakan 3 buah STS-1 maka akan menjadi STS-3. Dalam STS-3 proses
mentransmitnya dilakukan seperti STS-1. yang ditransmit pertama adalah byte
pertama dari STS-1 pertama yang disebut A1, kemudian lanjut byte A1 untuk STS-1
yang kedua, kemudian byte A1 untuk STS-1 ketiga, dan seterusnya. Sehingga
mengakibatkan data ratenya menjadi 3 kali lipat[3]. Contoh dari frame STS-3
adalah gambar 6. Berikut gambar yang menunjukan multiplexing yang dilakukan di
masa ini sesuai dengan pemetaan ATM dan ANSI recommendation TI.105.
STM (Synchronous Transfer Mode)
Transfer
data untuk kebutuhan voice dan video transfer tidak bisa disamakan dengan
kebutuhan transfer data. Maka dari itu statitiscal multiplexing tidak dapat
digunakan untuk kasus transfer voice dan video, hal ini dikarenakan adanya
delay. TDM (Time Division Multiplexing) memanfaatkan adanya time slot,
setiapjalur yang masuk dimultipleks secara urut berdasarkan urutan waktunya
sebesar time slot.
Pada sistem
digital time slot merepresentasikan 64 kbps channel. Untuk aplikasi yang
membutuhkan bandwidth lebih dari 64 kbps, maka lebih dari satu time slot dapat
digunakan. Kapasitas dari sistem transmisi ditentukan oleh jumlah pengguna dan
ukuran dari time slot yang digunakan oleh setiap pengguna. Tipe transmisi ini
seringkali disebut Synchronous Transfer Mode (STM)
Gambar 5.
Multiplexing STM
Gambar
diatas menunjukan STM multiplexing. Empat pengguna menjalankan berbagai
aplikasi, dan keempat pengguna tersebut terhubung ke satu STM multiplexer,
karena setiap time slot dari setiap user dikirimkan secara urut dan tetap
dikirimkan walaupun tudak terisi, maka jika sebuah time slot beroperasi pada
bandwidth 64 kbps maka output harus memiliki bandwidth minimum sebesar 256
kbps. Ciri utama dari sistem ini adalah waktu menunjukan alamat penerima,
karena time slot dikirimkan secara urut.
Pada gambar
diatas terdapat empat pengguna, pengguna pertama V yaitu voice connection,
pengguna kedua P1 yaitu data connection, pengguna ke tiga kosong, dan pengguna
ke-empat P2 data connection. Apabila STM multiplexer mengambil satu time slot
setiap 125 µs maka output membutuhkan bandwidth yang cukup untuk membawa empat
time slot setiap 125 µs walaupun ada time slot yang kosong.
Sistem
multiplexing seperti ini hanya digunakan pada situasi dimana tramsfer data
membutuhkan timing yang tepat seperti voice dan circuit emulation services.
Pada situasi seperti ini kedua alat pengguna harus mengirim dan menerima data
pada interval waktu yang konsatan, sehingga kedua alat menggunakan clock rate
yang hampir sama.
Overhead SONET
Overhead
SONET terletak pada 3 bit awal dari setiap frame untuk STS-1 Sedangkan pada
tingkatan yang lebih tinggi dari STS-1 maka urutan overheadnya akan dibuat
secara interleaved (urut secara bergiliran) seperti pada gambar 3 yang
merupakan overhead dari STS-3.
Gambar
6.Frame STS-3
Berikut fungsi
masing-masing overhead:
Overhead byte Function A1, A2 Frame Alignment B1, B2 Quality
monitoring, parity bytes D1 to D3 QECC Network management D4 to D12 QECC
Network management E1,E2 Voice connection F1 Maintenance J0 Trace identifier K1,
K2 Automatic Protection Switching (APS) control S1 Clock quality indicator M0
Transmission error acknowledgment
Tabel 2.
Overhead SONET
Section
Overhead
• A1, A2 merupakan bytes yang menunjukan start dari
SONET frame. A1 byte adalah 1111 0110 dan A2 byte adalah 0010 1000. Isi dari A1
dan A2 tetap sama pada STS-1, STS-N, dan SDH.
• J0 Section Trace merupakan bytes untuk mengirimkan 16 byte data yang berguna untuk me-verifikasi koneksi antara kedua pihak. Setiap bytes dikirimkan secara urut contohnya, byte pertama dibawa di frame pertama dan selanjutnya.
• Section BIP-8 (Bit Interleaved Parity) B1 berguna untuk mengindikasikan bit error rate pada receiving terminal. Setiap bit dari bytes yang ada pada setiap frame sebelumnya diambil dan di tetapkan dengan parity genap. Kemudian parity dikalkulasi setelah dilakukan scrambling dan sebelum dilakukan scrambling. Parity yang ada digunakan untuk menentukan Bit Error Rate (BER) dari frame sebelumnya. Namun penggunaan B1 tidak efektif untuk frame yang besar, hal ini dikarenakan B1 parity dihitung dari seluruh byte yang ada di seluruh frame tidak peduli seberapa besar framenya[5].
• Orderwire E1 terletak pada STS-1 dari STS-N dan biasa disebut sebagai Local OrderWire (LOW). Byte ini digunakkan sebagai voice channel antara dua teknisi, ketika dilakukan ujucoba dan instalasi optical link. E1 memiliki bandwidth sebesar E1.
• Section User Channel F1 terletak pada STS-1 dari STS-N dan digunakan oleh network provider. Byte ini dikirimkan dari bagian ke bagian dalam jalur dan bisa dibaca, dan write oleh setiap Section Terminating Equipment (STE) yang ada pada jalur tersebut.
• Section Data Communication Channel D1, D2 dan D3 merupakan byte yang membentuk communication channel dan hanya terletak pada STS-1 dari STS-N. Ketiga byte ini dianggap menjadi satu 192 kb/s yang berguna sebagai message-based channel untuk alarms, maintenance, control, monitoring, administering dan komunikasi yang dibutuhkan antara STE. Channel ini berguna untuk internally generated, externally generated dan supplier-specific messages.
• J0 Section Trace merupakan bytes untuk mengirimkan 16 byte data yang berguna untuk me-verifikasi koneksi antara kedua pihak. Setiap bytes dikirimkan secara urut contohnya, byte pertama dibawa di frame pertama dan selanjutnya.
• Section BIP-8 (Bit Interleaved Parity) B1 berguna untuk mengindikasikan bit error rate pada receiving terminal. Setiap bit dari bytes yang ada pada setiap frame sebelumnya diambil dan di tetapkan dengan parity genap. Kemudian parity dikalkulasi setelah dilakukan scrambling dan sebelum dilakukan scrambling. Parity yang ada digunakan untuk menentukan Bit Error Rate (BER) dari frame sebelumnya. Namun penggunaan B1 tidak efektif untuk frame yang besar, hal ini dikarenakan B1 parity dihitung dari seluruh byte yang ada di seluruh frame tidak peduli seberapa besar framenya[5].
• Orderwire E1 terletak pada STS-1 dari STS-N dan biasa disebut sebagai Local OrderWire (LOW). Byte ini digunakkan sebagai voice channel antara dua teknisi, ketika dilakukan ujucoba dan instalasi optical link. E1 memiliki bandwidth sebesar E1.
• Section User Channel F1 terletak pada STS-1 dari STS-N dan digunakan oleh network provider. Byte ini dikirimkan dari bagian ke bagian dalam jalur dan bisa dibaca, dan write oleh setiap Section Terminating Equipment (STE) yang ada pada jalur tersebut.
• Section Data Communication Channel D1, D2 dan D3 merupakan byte yang membentuk communication channel dan hanya terletak pada STS-1 dari STS-N. Ketiga byte ini dianggap menjadi satu 192 kb/s yang berguna sebagai message-based channel untuk alarms, maintenance, control, monitoring, administering dan komunikasi yang dibutuhkan antara STE. Channel ini berguna untuk internally generated, externally generated dan supplier-specific messages.
Line
Overhead
• Pointer H1 dan H2 dialokasikan ke sebuah pointer
yang mengindikasikan offset di dalam bytes yang berada diantara pointer dan
byte pertama dari STE dan SPE.
• Pointer Action Byte H3 digunakan ketika adanya pembenaran frekuensi negatif. Nilai dari H3 tidak didefinisikan ketika tidak ada pembenaran frekuensi negatif.
• Line BIP-8 B2 berfungsi sama seperti byte B1 dalam section overhead. Yang berbeda adalah B2 dihitung dari Overhead dan Synchronous Payload Envelope dari frame sebelumnya sebelum scrambling dan B2 diletakan pada frame yang sekarang sebelum scrambling.
• Automatic Protection Switching (APS) Channel K1 dan K2 adalah byte yang dikirimkan di jalur proteksi yang berfungsi untuk Automatic Protection Switching (APS) signaling pada level entitas dari jalur. K1 dan K2 hanya terletak pada STS-1 dari STS-N. K1 dan K2 juga berfungsi sebagai indikator dari beberapa kegagalan, alarm, dan lain-lainnya.
• Line Data Communication Channel D4-D12 membentuk sebuah communication channel seperti halnya D1-D3 dengan kecepatan 573 kb/s yang berfungsi sebagai message-based channel untuk alarms, maintenance, control, monitoring, administering dan komunikasi yang dibutuhkan. D4-D12 hanya terletak pada STS-1 dari STS.
• Synchronization Status S1 berfungsi untuk menyalurkan synchronization status messages. S1 hanya terletak pada STS-1 dari STS-N. Pada saat ini hanya bit ke 5-8 dari S1 yang digunnakan untuk mengirimkan synchronization status messages. Sedangkan bit ke 1-4 tidak digunakkan. Messages yang dikirimkan mengandung clock quality labels yang memperbolehkan sebuah network element dari SONET untuk melakukan rekonfigurasi ulang referensi sinkronisasi secara otomatis dan menghindari timbulnya time loops secara bersamaan.
• Pointer Action Byte H3 digunakan ketika adanya pembenaran frekuensi negatif. Nilai dari H3 tidak didefinisikan ketika tidak ada pembenaran frekuensi negatif.
• Line BIP-8 B2 berfungsi sama seperti byte B1 dalam section overhead. Yang berbeda adalah B2 dihitung dari Overhead dan Synchronous Payload Envelope dari frame sebelumnya sebelum scrambling dan B2 diletakan pada frame yang sekarang sebelum scrambling.
• Automatic Protection Switching (APS) Channel K1 dan K2 adalah byte yang dikirimkan di jalur proteksi yang berfungsi untuk Automatic Protection Switching (APS) signaling pada level entitas dari jalur. K1 dan K2 hanya terletak pada STS-1 dari STS-N. K1 dan K2 juga berfungsi sebagai indikator dari beberapa kegagalan, alarm, dan lain-lainnya.
• Line Data Communication Channel D4-D12 membentuk sebuah communication channel seperti halnya D1-D3 dengan kecepatan 573 kb/s yang berfungsi sebagai message-based channel untuk alarms, maintenance, control, monitoring, administering dan komunikasi yang dibutuhkan. D4-D12 hanya terletak pada STS-1 dari STS.
• Synchronization Status S1 berfungsi untuk menyalurkan synchronization status messages. S1 hanya terletak pada STS-1 dari STS-N. Pada saat ini hanya bit ke 5-8 dari S1 yang digunnakan untuk mengirimkan synchronization status messages. Sedangkan bit ke 1-4 tidak digunakkan. Messages yang dikirimkan mengandung clock quality labels yang memperbolehkan sebuah network element dari SONET untuk melakukan rekonfigurasi ulang referensi sinkronisasi secara otomatis dan menghindari timbulnya time loops secara bersamaan.
• Growth Z1, byte ini masih belum didefinisikan.
• STS-N REI M1 terletak pada STS-1 ketiga dalam sebuah
STS-N (N³ 3) dan digunakan sebagai Line Remote Error Indication (REI-L). M1
berfungsi untuk menyampaikan jumlah dari error yang ditemukan oleh byte Line
BIP-8 B2. Perhitungan ini memiliki 8xN + 1 legal values, yang dinamakan 0 to 8N
errors. Untuk STS-N dengan kecepatan dibawah STS-48, nilai 255-(8xN) yang
tersisa dan masuk akal diinterpretasikan sebagai zero errors. Untuk STS-48 dan
STS-192 jika line BIP-8 mendeteksi jumlah error melebihi 255, maka jalur REI
akan menyampaikan bahwa jumlah error adalah 255.
• Growth Z2 sama seperti Z1 dan disiapkan untuk
perkembangan yang ada di masa depan.
• Orderwire E2 memiliki fungsi yang sama dengan E1 untuk section entities. E2 juga disebut Express OrderWire (EOW).
• Orderwire E2 memiliki fungsi yang sama dengan E1 untuk section entities. E2 juga disebut Express OrderWire (EOW).
Topologi Jaringan SONET
Pada umunya
SONET menggunakan topologi ring. Ring SONET lebih dikenal sebagai self healing rings.
Ring SONET menggunakan dua atau lebih jalur transmisi antar node, dan dan node
dari SONET biasanya berupa Digital Cross-Connects (DCS) atau Add/Drop
Multiplexers (ADM). Berikut tipe-tipe ring SONET :
• Two Fiber
Unidirectional
Gambar 7.
Two Fiber Unidirectional
Two Fiber
Undirectional merupakan topologi ring SONET yang paling mudah
diimplementasikan. Semua data dilewatkan jalur working ring, sedangkan standby
ring yang digunnakan sebagai pengaman menunggu. Jika ada kegagalan pada jalur
working ring maka kedua node yang aktif segera pindah ke jalur standby ring[6].
• Two Fiber
Bidirectional
Gambar 8.
Two Fiber Biidirectional
Pada
topologi ini traffic data berjalan melalui kedua jalur, tetapi setiap jalur
dibagi menjadi dua yaitu setengah untuk jalur data dan setengah untuk proteksi.
Hal ini mengakibatkan kapasitas transfer data pada setiap jalur menjadi
setengah. Jalur proteksi digunakan sebagai jalur alternatif apabila terjadi
kegagalan pada jalur utama.
• Four Fiber
Bidirectional
Gambar 9.
Four Fiber Unidirectional
Four Fiber
Unidirectional merupakan topologi terkuat dari ring SONET. Karena topologi ini
dapat mengatasi berbagai kegagalan. Setiap jalur active dan standby diduplikasi
di topologi ini. Topologi ini biasanya digunakkan oleh perusahaan yang tidak
menginginkan adanya kegagalan dalam jaringan.
Data Over SONET
Peningkatan data traffic membutuhkan teknologi untuk
menyalurkan Ethernet atau IP ke Physical Layer. Data Over SONET juga dapat
disebut Ethernet over SONET (EoS) dan Paket over SONET (POS). Untuk PoS ada dua
langkah untuk enkapsulasi:
1. Pertama, IP Packets dienkapsulasi dengan sebuah Point-to-Point Protocol (PPP).
2. Kedua, enkapsulasi ke frame yang mirip High-Data Layer Control.
Frame ethernet dipetakan ke dalam frame yang dipetakan secara GFP kemudian dipetakan melalui rangkaian virtual ke dalam frame-frame SONET.
1. Pertama, IP Packets dienkapsulasi dengan sebuah Point-to-Point Protocol (PPP).
2. Kedua, enkapsulasi ke frame yang mirip High-Data Layer Control.
Frame ethernet dipetakan ke dalam frame yang dipetakan secara GFP kemudian dipetakan melalui rangkaian virtual ke dalam frame-frame SONET.
SONET/SDH Di Indonesia
SONET sudah
digunakan pada berbagai macam bidang di Indonesia, sebagai contohnya Telkomsel
telah menggunakan teknologi STM-1 untuk meningkatkan kapasitas jaringan
Jawa-Makassar-Ambon-Papua dengan menggunakan transmisi Satelit IDR
(Intermediate Data Rate) mengingat tidak adanya link transmisi Fiber Optic dan
Terrestrial. Program peningkatan tersebut dilakukan pada Juli 2008 hingga April
2009. Satu STM-1 setara dengan 63 E1 atau 155 Mbps sedangkan Telkomsel
menambahkan STM-1 yang berjumlah 6 buah sehingga total peningkatan kapasitas
yang dilakukan adalah setara dengan 378 E1 atau 980 Mbps.
Contoh yang
lainnya adalah, Nokia Siemens Network (NSN) yang menawarkan sebuah solusi Dense
Wavelength Division Multiplex (DWDM). Jaringan DWDM memberikan bandwidth optik
yang lebih besar daripada jaringan serat optik di masa lalu. Serat fiber dibagi
dalam kanal-kanal panjang gelombang, yang masing-masing membawa aliran data
sendiri-sendiri. Teknologi DWDM dapat diterapkan pada berbagai area jaringan
telekomunikasi contohnya LAN, Ethernet, dan SONET/SDH.
Tidak
terlepas dari contoh-contoh diatas biasanya sebuah internet service provider
biasanya menggunakan teknologi SONET/SDH pada jaringan transmisi data mereka
untuk memperkuat jaringannya sehingga pelanggannya tetap dapat menikmati
layanan yang terbaik. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Telkomsel contoh di
atas. Selain Telkomsel, ada provider lain yang menyediakan layanan Ethernet
over SONET/SDH yaitu PT Kejora Gemilang Internusa.
Teknologi
SONET/SDH yang berbasis pada fiber optik sangat besar peranannya dalam sebuah
jaringan. Teknologi SONET/SDH dapat diubah menjadi teknologi DSLAM atau ADSL
ataupun Ethernet sehingga teknologi SONET/SDH membuat sebuah jaringan menjadi
sangat efisien dan fleksibel. Pengubahan tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan alat yang dapat mensinkronkan frame dan informasi antara SONET dan
ADSL. Dan keuntungan yang lain tentu saja dengan menggunakan SONET/SDH maka
bandwidth yang dapat dipakai menjadi meningkat dan jaringan menjadi lebih
stabil dan kuat.
Untuk
pengguna, SONET/SDH lebih banyak dipakai oleh internet service provider
dibandingkan oleh pelanggan. Hal ini dikarenakan bandwidth yang dibutuhkan
pelanggan masih belum setinggi bandwidth minimum dari SONET/SDH. Maka dari itu
teknologi SONET/SDH hanya dimanfaatkan oleh internet service provider yang
membutuhkan bandwidth besar seperti Telkomsel.
0 komentar:
Posting Komentar